Penyakit

Mengenal Penyakit Autoimun: Pengertian, Gejala, Penyebab, Contoh, dan Pengobatannya

Penyakit autoimun atau autoimun disease telah menjadi perhatian yang semakin besar dalam dunia medis.

Fenomena saat sistem pertahanan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh justru malah menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri, telah memicu minat para ilmuwan dan praktisi kesehatan.

Kondisi kesehatan ini masih menjadi bidang penelitian yang aktif, guna memahami penyebabnya lebih mendalam dan mengembangkan terapi yang lebih efektif.

Melansir dari jurnal " Autoimmune Diseases" yang diterbitkan Journal of Autoimmune Disorders, sistem kekebalan tubuh sejatinya adalah anugerah bagi manusia karena mampu melawan tantangan alam selama masa ini.

Sebaliknya, autoimunitas malah menjadi tantangan bagi kita dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.

Apabila Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala mencurigakan atau sudah didiagnosis menderita penyakit ini, sangatlah penting untuk segera berkonsultasi dengan profesional medis yang memiliki pengalaman di bidangnya.

Dikarenakan, masalah kesehatan seperti memerlukan penanganan khusus dari ahli medis untuk menemukan pengobatan yang sesuai dan efektif.

Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak mengenai penyakit autoimun itu apa, Berita Sehat sudah menjelaskannya lewat artikel di bawah ini.

Apa itu Penyakit Autoimun?

Penyakit autoimun adalah kondisi saat sistem kekebalan tubuh seseorang yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan penyakit, malah menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.

Situasi ini dapat mengakibatkan peradangan, kerusakan jaringan, dan gangguan dalam fungsi organ yang terkena.

Mengutip dari “Buku Penyakit-Penyakit Autoimun” Oleh Srikandi Waluyo dan dr. Budhi, terdapat lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang telah diidentifikasi, dan semuanya dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh.

Penyakit-penyakit ini bukan disebabkan serangan kuman penyakit, namun oleh kekacauan pada sistem imun.

Penyebab dasar di balik penyakit ini melibatkan gangguan dalam pengenalan "self" (bagian tubuh sendiri) dan "non-self" (agen asing atau patogen).

Sistem kekebalan yang normalnya membedakan antara sel-sel tubuh sendiri dan agen asing kadang-kadang menjadi bingung, dan mulai menyerang komponen tubuh yang seharusnya dianggap sebagai "self".

Sementara itu, kondisi medis ini merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan perhatian khusus, salah satunya dalam hal makanan.

Dalam hal ini, beberapa makanan yang dilarang untuk penyakit autoimun antara lain adalah, gluten, dairy (laktosa), gula tambahan, makanan olahan, alkohol, kafein, dan lain sebagainya.

Ciri-ciri Penyakit Autoimun

Ciri-ciri penyakit autoimun dapat sangat bervariasi tergantung pada jenis penyakit, organ yang terkena, dan tingkat keparahan kondisi. Namun, ada beberapa gejala umum yang sering terkait dengan penyakit ini, seperti:

a. Kelelahan Ekstrim

Terjadinya kelelahan yang berlebihan atau tidak wajar dapat menjadi ciri dari kondisi autoimun. Situasi seperti ini bahkan dapat memengaruhi kualitas hidup sehari-hari, yang tentunya akan berdampak fatal.

b. Peradangan

Peradangan yang berulang atau kronis pada berbagai bagian tubuh juga dapat menjadi ciri-ciri masalah pada imunitas tubuh. Kondisi ini bisa disertai dengan nyeri, pembengkakan, dan kemerahan.

c. Gangguan Kulit

Autoimmune disease seringkali mempengaruhi kulit dari penderitanya, seperti lupus yang dapat menyebabkan ruam merah dan bersisik, atau psoriasis, yang menyebabkan bercak kulit kemerahan dan bersisik.

d. Gangguan Pencernaan

Beberapa jenis dari masalah imunitas ini, dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare, kembung, dan penurunan berat badan. Contohnya adalah penyakit celiac.

e. Gangguan Rambut dan Kulit

Kehilangan rambut secara tiba-tiba (alopesia) atau gangguan kulit lainnya seperti vitiligo (kehilangan pigmen kulit) juga dapat terjadi pada beberapa jenis autoimmune disease.

f. Gangguan Sendi

Penyakit yang menyerang imunitas seseorang, seperti rheumatoid arthritis dapat menyebabkan peradangan dan nyeri pada sendi, yang berdampak pada gerakan dan fungsionalitas.

g. Gangguan Hormonal

Gejala dari terjadinya autoimmune disease dapat mempengaruhi produksi hormon, seperti penyakit Hashimoto yang mempengaruhi hormon tiroid, menyebabkan gejala seperti penurunan energi, kenaikan berat badan, dan perubahan mood.

h. Gangguan Saraf

Beberapa jenis dari kondisi medis ini juga dapat menyebabkan gejala seperti kelemahan, kesemutan, dan masalah koordinasi.

Selain itu, demam yang tidak jelas penyebabnya dan perasaan umum tidak enak badan (malaise) seringkali terjadi pada autoimun disease.

i. Gangguan Organ Tertentu

Adanya gangguan pada organ tertentu juga merupakan salah satu ciri dari autoimmune disease. Misalnya, pada lupus, gejala bisa berkisar dari nyeri sendi hingga masalah ginjal atau jantung.

Penyebab Penyakit Autoimun

Penyebab pasti mengenai penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini belum sepenuhnya dipahami dengan jelas.

Namun, ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam memicu perkembangan penyakit-penyakit ini.

Melansir jurnal “Introduction to Immunology and Autoimmunity” oleh Smith dan Germolec (1999), autoimmune disease terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang molekul-molekul sendiri akibat rusaknya toleransi imunologi terhadap sel-sel kekebalan autoreaktif.

Beberapa faktor yang mungkin memainkan peran dalam penyebab penyakit autoimun meliputi:

1. Keturunan (Genetik)

Faktor genetik memiliki peran dalam rentan seseorang terhadap autoimmune disease. Orang yang mempunyai riwayat keluarga dengan masalah kesehatan ini, cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit serupa.

2. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan juga dapat memainkan peran penting dalam perkembangan autoimmune disease.

Paparan terhadap infeksi tertentu, racun lingkungan, atau zat kimia tertentu dapat memicu respons imun yang keliru dan menyebabkan reaksi autoimun pada individu yang rentan.

3. Gangguan Imunologis

Kelainan dalam sistem kekebalan tubuh dapat memicu respon autoimun. Gangguan ini mungkin terkait dengan ketidakseimbangan dalam komponen sistem kekebalan atau disfungsi dalam regulasi kekebalan tubuh.

4. Hormonal

Hormon juga dapat memainkan peran dalam perkembangan penyakit gangguan imunitas ini, terutama karena kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria

Fluktuasi hormon, seperti selama kehamilan atau menopause, dapat mempengaruhi aktivitas sistem kekebalan dan memicu reaksi autoimun.

5. Molecular Mimicry

Dalam beberapa kasus, mikroorganisme seperti bakteri atau virus memiliki struktur molekuler yang mirip dengan komponen tubuh kita sendiri.

Hal ini bisa membingungkan sistem kekebalan dan memicu serangan terhadap organ atau jaringan tertentu.

6. Kerusakan Jaringan

Cedera fisik atau kerusakan jaringan pada organ tertentu juga dapat memicu reaksi autoimun. Ketika sel-sel tubuh rusak, komponen internalnya dapat dikenali oleh sistem kekebalan sebagai benda asing.

7. Perubahan Mikrobiota

Mikrobiota usus (kumpulan mikroorganisme di saluran pencernaan) telah dikaitkan dengan regulasi kekebalan tubuh.

Perubahan dalam komposisi mikrobiota dapat mempengaruhi respon imun dan meningkatkan risiko penyakit sistem kekebalan tubuh.

8. Stres dan Perubahan Emosional

Meskipun hubungan antara stres dan autoimmune disease belum sepenuhnya dipahami, stres dapat mempengaruhi respons imun dan memicu peradangan, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada perkembangan masalah imunitas tubuh ini.

Contoh Penyakit Autoimun

Terdapat banyak jenis penyakit autoimun yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh. Beberapa diantaranya yaitu:

1. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)

SLE adalah penyakit di mana sistem kekebalan menyerang berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, jantung, paru-paru, dan otak.

2. Penyakit Hashimoto

Kondisi ini merupakan bentuk gangguan tiroid autoimun, yang mana sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid, mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid.

3. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah penyakit sistem kekebalan tubuh yang menghancurkan sel-sel penghasil insulin di pankreas, sehingga mengakibatkan tingginya kadar glukosa darah.

4. Artritis Reumatoid

Artritis reumatoid merupakan satu diantara jenis penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan kronis pada sendi, mengakibatkan kerusakan sendi dan jaringan di sekitarnya.

5. Sklerosis Multipel (MS)

Sklerosis multiple yaitu penyakit sistem kekebalan tubuh, yang menyerang selaput pelindung saraf, mengganggu transmisi sinyal saraf dan menyebabkan berbagai gejala neurologis.

6. Sjögren Syndrome

Penyakit ini mempengaruhi kelenjar yang memproduksi air mata dan air liur. Pasien dapat mengalami mata kering, mulut kering, dan kadang-kadang gangguan pada organ lain.

Setiap penyakit memiliki gejalanya sendiri dan mempengaruhi organ dan jaringan yang berbeda.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki gejala yang mencurigakan atau perlu informasi lebih lanjut tentang autoimun disease.

Pengobatan Penyakit Autoimun

Pengobatan untuk penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini sering melibatkan penggunaan obat-obatan anti inflamasi atau imunosupresan untuk meredakan peradangan dan menekan respons autoimun.

Selain itu, terapi penggantian hormon atau pengobatan gejala juga dapat diberikan sesuai dengan jenis penyakit yang terjadi.

Karena banyaknya variasi dalam gejala dan dampak dari situasi medis ini, perawatan seringkali harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing pasien.

Meski demikian, dilansir dari “Buku Penyakit-Penyakit Autoimun” oleh Srikandi Waluyo dan dr. Budhi, penyakit autoimun adalah kondisi kronik yang membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk mengontrol gejalanya.

Dalam hal ini, prognosisnya bervariasi tergantung pada masalahnya.

Penting untuk Anda ingat bahwa situasi autoimun memiliki dampak yang luas dan beragam pada individu yang terkena, dan pendekatan pengobatannya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

Tetaplah berhubungan dengan para profesional kesehatan dan teruslah belajar tentang kondisi ini, karena pengetahuan adalah kunci untuk mengatasi tantangan kesehatan dengan lebih baik dan memberikan dukungan bagi mereka yang memerlukan.

Bagikan Halaman ini